Di tengah arus teknologi dan tantangan global yang terus berubah, satu hal yang tetap menjadi kunci bertahan hidup dan melesat ke depan: kreativitas.
Hari ini, mungkin kita berpikir bahwa kreativitas hanya milik para seniman, desainer, atau konten kreator digital. Tapi sebenarnya, kreativitas adalah hak semua orang. Ia hidup dalam pikiran siapa pun yang berani bertanya, "Bagaimana jika…?"
Lihat saja mereka yang bangkit dari keterbatasan. Di lorong-lorong gang sempit, anak-anak muda membuat film dengan kamera ponsel. Di sudut-sudut desa, ibu-ibu rumah tangga menciptakan produk lokal yang menembus pasar digital. Di ruang-ruang kelas yang sederhana, guru mengolah papan tulis menjadi panggung imajinasi. Kreativitas bukan tentang alat canggih, tapi cara berpikir canggih.
Di era kecerdasan buatan dan informasi instan ini, rutinitas mudah digantikan. Tapi kreativitas? Itu tak tergantikan. Dunia tidak butuh lebih banyak peniru, tapi pencipta. Maka, setiap ide kecil yang muncul di benak Anda—catatlah, ucapkanlah, cobalah. Karena di balik ide yang tampak sepele, mungkin tersembunyi solusi besar untuk dunia.
Kita sering menunggu inspirasi datang. Padahal, kreativitas bukan datang dari langit, tapi dari kebiasaan menggali, mencoba, gagal, lalu mencoba lagi. Kita tidak perlu menunggu jadi "siap", karena proseslah yang akan menyiapkan kita.
Indonesia tidak kekurangan talenta. Yang kita perlukan adalah lebih banyak keberanian untuk berbeda, untuk terus mencoba, dan untuk merayakan proses—bukan hanya hasil.
Kreativitas bukan soal bisa atau tidak bisa. Tapi soal: mau atau tidak mau.
Jadi, hari ini, jangan ragu untuk membuka lembar baru ide Anda. Karena siapa tahu, dunia sedang menunggu ciptaan Anda berikutnya.
